Mengatur Kebiasaan Makan Saat Bekerja Dari Rumah
Mengatur Kebiasaan Makan Saat Bekerja Dari Rumah – Setelah bergelut dengan banyak pekerjaan, sebaiknya manfaatkan waktu luang dengan sebaik-baiknya. Sayangnya, banyak orang yang sering makan sambil bekerja sehingga dapat membahayakan kesehatannya.
Bahkan, salah satu ahli gizi menyebut kebiasaan makan sambil berolahraga ini tidak dianjurkan karena bisa berbahaya bagi kesehatan. Jika Anda bekerja terus-menerus sambil makan, Anda berisiko terkena berbagai penyakit. Yuk simak selengkapnya di artikel berikutnya.
Mengatur Kebiasaan Makan Saat Bekerja Dari Rumah
Saat Anda makan saat beraktivitas, terkadang Anda lupa bahwa makanan sudah siap dan tidak menyadari sudah berapa banyak yang sudah Anda makan. Akibatnya, Anda tidak merasa kenyang dan ukuran porsi Anda bertambah.
Tentang Jam Kerja Ideal
Hal ini dapat menyebabkan orang makan lebih banyak dari porsi normalnya. Pertambahan berat badan yang tidak terkontrol dapat menyebabkan obesitas.
Tak hanya itu, bertemu teman, membaca koran, atau bermain gadget saat makan siang dapat meningkatkan risiko obesitas.
Karena ngobrol bareng teman pasti lebih seru kalau bawa jajan. Jika percakapan belum selesai, ada baiknya Anda menambahkan camilan. Hal ini menyebabkan peningkatan berat badan yang signifikan.
Penelitian menyebutkan bahwa mendengarkan cerita rekan kerja atau berita dari layar TV bisa membuat Anda merasa lapar. Hal ini dapat menyebabkan kenaikan berat badan yang cepat dan obesitas.
Bagaimana Cara Mengatur Pola Makan Sehat?
Ini juga mendukung. Dilaporkan bahwa ketika seseorang fokus makan sambil tidak melakukan hal lain, ia cenderung makan lebih sedikit dibandingkan mereka yang makan sambil melakukan aktivitas lain, termasuk makan sambil bekerja.
Anda juga sebaiknya mengistirahatkan mata dan otak secara maksimal saat istirahat makan siang. Jadi setelah makan siang Anda akan merasa segar dan siap bekerja. Namun, jika Anda terus makan siang, otak Anda akan cepat lelah.
Memang benar, menatap layar komputer terlalu lama bisa menyebabkan mata kering. Duduk dalam jangka waktu lama dapat memperlambat metabolisme sehingga meningkatkan risiko diabetes dan penyakit jantung.
Saat makan siang, buah biasanya dipilih sebagai hidangan penutup dan disantap terakhir. Namun untuk saat ini, cobalah mengubah pola makan Anda. Makan buahnya dulu, baru menu utamanya. Cara ini akan memaksa Anda untuk mengurangi porsi makan pada menu utama, karena buah-buahan mengandung banyak serat dan cepat kenyang.
Istirahat Kerja: Manfaatnya Bagi Produktivitas Pekerja
Saat memilih menu, usahakan menghindari makanan berlemak (gorengan atau makanan mengandung santan), garam (natrium) dan makanan dengan kandungan gula tinggi. Jadikanlah itu sebagai kebiasaan rutin setiap hari.
Usahakan membawa bekal bekal dari rumah agar menu yang disiapkan lebih sehat dibandingkan memilih makanan cepat saji. Anda bisa membawakan bekal seperti nasi merah dengan ayam bakar dan sayur mayur.
Lakukan olahraga sederhana seperti berjalan-jalan di kantor. Jika pekerjaan Anda mengharuskan Anda berada di belakang meja sepanjang waktu, Anda tetap bisa melakukan latihan peregangan sederhana.
Makan sambil bekerja meningkatkan risiko obesitas, menurut sebuah penelitian. Untuk itu, hindari aktivitas lain di waktu makan siang dan atur waktu makan Anda 10 atau 15 menit.
Ingin Ubah Rumah Jadi Kantor Pribadi Yang Nyaman? Ini Caranya
Obesitas meningkatkan risiko berbagai penyakit, seperti penyakit jantung, stroke, atau diabetes melitus tipe 2. Oleh karena itu, berkonsentrasilah pada makanan dan jangan melakukan hal lain pada waktu yang bersamaan.
Ingin bertanya lebih lanjut mengenai dampak makan di tempat kerja atau tips makan siang sehat di kantor? Datang dan tanyakan langsung ke dokter melalui layanan live chat Kementerian Kesehatan RI, kasus obesitas di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Pentingnya mewaspadai obesitas saat WFH.
Adakah yang merasa berat badannya meningkat dari biasanya selama pandemi? Tak bisa dipungkiri, makanan menjadi salah satu pelarian bagi sebagian orang, terutama mereka yang bekerja dari rumah (WFH) selama berada di rumah. Dengan tingkat stres yang tinggi tetapi tidak ada tujuan, makanan menjadi elemen penting dalam hiburan diri. Tentu saja hal itu boleh dilakukan asalkan tidak berlebihan. Jika terus dilakukan, Anda patut mewaspadai risiko kenaikan berat badan dan obesitas saat WFH. Jadi bagaimana cara memperbaikinya?
Di Indonesia, kelebihan berat badan dan obesitas merupakan salah satu masalah gizi utama selain gizi buruk. Masalah ini terjadi sebelum pandemi. Namun, kondisi yang membatasi aktivitas selama pandemi kemungkinan besar akan memperburuk masalah obesitas.
Pola Makan Berubah Di Era Pandemi? Ini Kata Ahli Gizi
Kementerian Kesehatan RI mencatat kasus obesitas di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Satu dari tiga orang dewasa di negara ini dilaporkan mengalami obesitas. Sementara itu, 1 dari 5 anak usia 5-12 tahun mengalami kelebihan berat badan. Kasus obesitas banyak terjadi terutama pada masyarakat perkotaan.
Survei Kesehatan Dasar (RISKSDAS) tahun 2018 menunjukkan berat badan orang dewasa meningkat dua kali lipat dari 19,1% pada tahun 2007 menjadi 35,4% pada tahun 2018. Masalah obesitas telah menjadi masalah global tidak hanya di Indonesia. Antara melaporkan, lebih dari 800 juta orang di dunia mengalami obesitas.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan obesitas sebagai penumpukan lemak berlebihan pada seseorang akibat ketidakseimbangan antara asupan energi dan pengeluarannya dalam jangka panjang.
Salah satu cara untuk mengukur seseorang mengalami obesitas atau tidak adalah dengan melihat indeks massa tubuh (BMI), yaitu indeks yang mengukur perbandingan berat badan terhadap tinggi badan. Secara umum, seseorang dikatakan mengalami obesitas jika BMI-nya berada di atas 25.
7 Tips Agar Nyaman Dan Betah Di Lingkungan Kerja Yang Penuh Dengan Tekanan
Lalu bagaimana cara menghitung indeks massa tubuh atau BMI Anda? Berdasarkan definisi di atas, BMI dapat dihitung dengan membagi berat badan seseorang dalam kg dengan tinggi badannya dalam m². Misalnya, tinggi Anda 155 cm dan berat 75 kg. Jadi BMI anda adalah 75 x (1.55)² = 31.22 yang berarti BMI anda diatas 25 dan anda termasuk dalam kategori obesitas.
Mengapa obesitas bisa terjadi? Faktor genetik, gaya hidup tidak sehat, obat-obatan, hormon dan banyak faktor lainnya berkontribusi terhadap hal ini. Berikut penjelasannya:
Ternyata obesitas juga bisa disebabkan oleh faktor genetik. Jika salah satu orang tua mengalami obesitas, maka terdapat kemungkinan 40%-50% anaknya juga mengalami obesitas. Sedangkan jika kedua orang tuanya mengalami obesitas, peluang anaknya mengalami hal yang sama meningkat hingga 70%-80%.
Jika terdapat kebiasaan mengonsumsi makanan padat energi secara berlebihan seperti tinggi lemak, gula, dan rendah serat, hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan energi dalam tubuh. Pola makan berlebihan ini juga berpeluang terjadi saat WFH. Siapa yang merasa tidak lengkap jika bekerja dari rumah tanpa bekal jajan?
Melihat Sisi Positif Bekerja Dari Jarak Jauh
Selain itu, model aktivitas fisik sedentary yaitu. J. Kurangnya olahraga membuat Anda sangat rentan mengalami kelebihan berat badan atau obesitas karena energi yang Anda keluarkan tidak tersalurkan dengan baik. Apalagi jika Anda kurang bergerak namun banyak mengonsumsi makanan berenergi. Hal ini juga bisa terjadi saat WFH, dimana aktivitas fisik kita berkurang, namun keinginan untuk mengonsumsi junk food justru meningkat.
Pernahkah Anda merasa sangat lapar setelah mengonsumsi obat tertentu? Ternyata obat jenis steroid bisa meningkatkan nafsu makan. Pada umumnya obat jenis ini telah digunakan sejak lama untuk mengobati asma, radang sendi, dan alergi.
Hal lain yang dapat menyebabkan berat badan berlebih adalah hormon. Leptin, ghrelin, tiroid, insulin, dan estrogen adalah beberapa hormon yang berperan dalam obesitas. Bagi wanita yang sudah menikah, terlalu banyak mengonsumsi pil KB dapat menyebabkan rasa lapar terus-menerus karena kadar estrogen yang sangat tinggi. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Jurnal FASEB (Federation of American Societies for Experimental Biology) menunjukkan bahwa menjelang menstruasi, wanita mengalami perubahan hormon progesteron dan estrogen sehingga meningkatkan nafsu makan dan menyukai makanan tinggi karbohidrat dan gula. .
Obesitas merupakan masalah kesehatan serius yang perlu segera diatasi karena dapat memicu timbulnya penyakit lain dan memperburuk kondisi yang sudah ada. Apalagi di masa pandemi seperti saat ini, orang yang mengalami obesitas lebih besar kemungkinannya tertular virus Covid-19. Menurut data Kementerian Kesehatan tentang pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular, banyak dampak buruk obesitas bagi tubuh:
Motion Radio 97.5 Fm
Lingkar perut dengan ukuran tertentu, yaitu pria > 90 cm dan wanita > 80 cm, dikaitkan dengan peningkatan trigliserida, penurunan kolesterol HD, dan peningkatan tekanan darah. Kondisi ini disebut metabolik.
Dampak lain yang harus diwaspadai adalah berkembang atau memburuknya penyakit lain, seperti asma, osteoartritis lutut dan pinggul, pembentukan kandung empedu, sleep apnea atau sesak napas saat tidur, nyeri pinggang atau punggung. Penyakit, diabetes, stroke, kanker.
Jadi bagaimana cara memperbaikinya? Selama WFH, Anda bisa mencoba melakukan perubahan gaya hidup sehat dengan mencoba beberapa cara berikut ini:
Berbicara tentang kebiasaan makan meliputi jumlah atau porsi, jenis, pola makan dan pengolahan bahan makanan. Disarankan porsi sayur dan buah dua kali lebih besar dari karbohidrat. Selain itu, bagian protein sama dengan bagian karbohidrat. Pada saat yang sama, Kementerian Kesehatan merekomendasikan pembatasan penggunaan gula, garam, dan lemak. Untuk gula pasir 50 gram per hari atau setara dengan 4 sendok makan gula pasir per orang per hari. Garam dibatasi sebanyak 5 gram atau setara dengan 1 sendok teh garam per orang per hari. Minyak dibatasi 67 gram atau 5 sendok makan minyak per orang per hari.
10 Tips Untuk Tetap Terjaga Di Tempat Kerja Tanpa Kopi
Gaya hidup aktif merupakan upaya menyeimbangkan asupan energi. Untuk mencegah atau mengatasi obesitas, Anda perlu meningkatkan aktivitas fisik secara berkelanjutan dan konsisten. Mulailah dengan intensitas rendah, sedang, dan tinggi tergantung intensitas rendah, sedang, dan tinggi sesuai tubuh. Duduk di rumah seharusnya tidak menghalangi Anda untuk terus berolahraga. Ada banyak olahraga yang bisa Anda lakukan selama berada di sana